Jumat, 07 November 2014

CERITA PENDEK

Ini ada contoh cerita pendek buatanku sendiri, gak begitu bagus ,sih. Tapi sulahkan coba dibaca!


PETUALANGAN MALAM HARI

“Kamu seperti menara, di antara orang-orang ini, kamu menjulang sendirian”.
Begitu bunyi baris terkahir pada puisiku. Aku menghabiskan waktu berhari-hari untuk membuat puisi itu. Aku meletakan pena dengan tinta hitam yang dilapisi ornamen batik lengkap dengan sebilah kaca dibagian atas yang memantulkan setitik cahaya dari lampu mejaku yang membuat silau mataku ketika melihatnya, didalam laci yang ada disebelah kiriku.
Saat itu malam sudah larut. Ibuku membuka pintu kamarku untuk memastikan kalau aku sudah tidur.
 “Loh, Vid. Sudah selarut ini kamu belum tidur? “. Aku yang sedang membereskan kertas-kertas yang berceceran itu menengok kearah ibu.
“Iya bu, ini aku masih beres-beres. Sebentar lagi aku pasti tidur, kok”, Begitu sahutku sambil tersenyum pada ibu.
“Ya sudah, cepat tidur. Lihat dibawah matamu itu sudah mulai ada kantung mata! Lagi pula tidak baik anak gadis belum tidur larut malam begini”, lanjut ibu.
Aku menoleh ke cermin. Benar saja ada kantung mata di bawah mataku. Belakangan ini aku memang sering tidur larut malam karena aku mengerjakan tugas sekolah. Sebagai seorang siswi kelas IX SMP, aku mulai sibuk dengan banyaknya tugas-tugas yang diberikan oleh guru-guruku, karena beberapa bulan lagi sudah akan dilaksanakan Ujian Nasional dan kelulusan.
Aku hanya tersenyum menanggapi kata-kata ibu. Ibu pun keluar dari kamarku dan menutup lembut pintu kamarku. Saat itu udara cukup dingin. Jam dikamar Aku menjunjukan pukul 01.45 pagi. Besok pagi aku harus tetap sekolah, jadi aku harus segera tidur. Aku merebahkan badan di ranjang, mulai menarik selimut dengan motif kerang dan menutupi kedua kaki sampai leherku. Aku pun memejamkan mata. Mulai membuka pintu menuju dunia mimpi dengan fatamorgana yang teramat sangat.
Mataku terpejam, namun pikiranku belum terlelap. Dalam hatiku terus memikirkan tugas membuat cerpen yang diberikan dua hari yang lalu oleh guruku. Teman-teman lainnya sudah selesai membuat cerpen dan hanya aku seorang yang belum selesai. Hal itu terus mengganggu pikiran dan hati kecilku. Aku memang tidak berbakat membuat cerita yang cukup panjang semacam itu. Mengingat waktu yang batas waktu yang diberikan semakin dekat, hal itu menjadi sangat mengganggu pikiranku. Bunyi detikan jam yang terus-menerus itu masuk ke pikiranku menyusup ke tulang belakang dan terus ke paru-paru membuat sesak nafasku. Seiring hal itu, aku mulai masuk ke alam fatamorgana.
“Dimana aku?”, batinku.
Aku tengah berada pada di sebuah labirin yang gelap dan menyeramkan ditemani setitik cahaya lilin disebelahku. Aku melihat ke sekeliling.
“Gua lembab dan pengap”, batinku lagi.
Aku mengambil lilin yang ada disebelahku. Beberapa tetes lelehan lilin itu mengenai tanganku, rasanya seperi terbakar. Aku  menyusuri lorong-lorong dalam labirin itu. Di lorong ke dua aku bertemu dengan seorang gadis kecil yang sedang duduk menyandar di didinding labirin. Gadis itu membawa sebuah semacam alat penembak dari kayu ditangannya. Kulihat  muka gadis itu, terlihat keputus asaan yang dalam di matanya. Pakaiannya compang-camping tidak layak pakai.
“Hey, kamu sedang apa disini? Kenapa kamu sendirian?”, sapaku lembut agar tidak menakuti gadis itu.
Tiba-tiba gadis itu menatapku. Mata nanarnya seketika berubah tajam. Merubah keadaan. Muka gadis itu kian lama kian meyeramkan bagaikan seorang tanpa kasih sayang, bagaikan seorang pembunuh berdarah dingin.
Sontak aku kaget. Aku mundur perlahan menjauhi gadis itu. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat gadis itu terbang layaknya seorang tanpa jiwa, ia mendekat kearahku. Aku sadar bahwa gadis itu menginginkan aku. Tidak tau untuk apa, namun gadis itu sudah pasti ingin membunuhku dengan alat penembaknya. Aku berlari sekuat tenaga. Namun sekuat apapun aku berlari gadis kecil yang kejam itu selalu berhasil mengejarku. Gadis itu menembakkan sesuatu dengan alat penembaknya kearahku. Paser itu mengenai kaki kiriku. Akupun terjatuh. Gadis itu mendekat ke arahku. Tiba-tiba ada sesosok kuda bertanduk menyerang gadis itu. Kuda bertandunk itu menyelamatkan aku.
Dengan ragu-ragu aku mendekati kuda itu.
“Te..te..terima kaasih, engkau sudah menyelmatkan aku”, begitu ucapku.
“Iya, sama-sama anak muda”, balas kuda itu.
Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui kuda itu bisa bicara.
“Cepat pergilah dari sini! Atau kau akan berakhir sepertinya!”, lanjutnya lagi. Aku tidak mengerti dengan maksud dari kalimat itu, namun pastinya kalimat itu membuat aku semakin takut dan was-was.
“Tempat apa ini sebenarnya? Apa yang akan terjadi padaku?”, gumamku.
Kuda bertanduk itu pergi meninggalkanku. Aku melihat sekeliling. Tempat itu kian lama kian menyeramkan. Udara disana semakin pengap. Bayang-bayang gadis kecil tadi masih melekat di pikiranku, kaki yang tadi terkena tembakkan gadis itu masih terasa sakit. Dengan berjalan setengah pincang, aku menuju seberkas cahaya di depanku. Keluar dari labirin itu.
Aku sampai di ladang ilalang yang amat luas. Didepanku terhampar danau yang sangat indah. Aku berjalan kedekat danau itu. Tiba-tiba seseorang dari dalam labirin itu muncul. Orang itu menggendong seorang bayi. Bayi itu tidak lain adalah adik sepupuku yang baru lahir beberapa minggu yang lalu. Orang itu melihat kearahku. Aku tersenyum kearahnya. Aku tak tau kenapa, ia malah mendorongku ke dalam danau itu.
Iya. Aku memang tidak bisa berenang. Kaki kiriku yang masih belum bisa digerakkan itu malah mempersulit keadaan. Aku berteriak minta tolong, namun tidak ada yang seorangpun mau menolongku. Aku mulai tidak bisa bernafas.
Dan, akupun terbangun dari mimpi aneh itu. Keringat bercucuran di dahiku. Nafasku masih terengah-engah. Saat itu baru menunjukkan pukul 03.32 pagi. Aku memikirkan apa arti mimpiku tadi.  Mencoba kembali tidur, namun tak bisa.
Kemudian aku ingat akan tugas membuat cerpen dari sekolah. Aku bangun dan membuka laptopku. Mulai mengetik isi mimpiku tadi. Satu persatu, bagian demi bagian aku tuangkan disana. Dan,
“Huh! Akhirnya selesai juga!”, kataku.
Jam menunjukkan pukul lima pagi. Aku bergegas mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah. Mungkin mimpi itu memang menyeramkan, tapi mimpi itu juga yang membantuku kali ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar