PERTEMUAN DAN PERPISAHAN
Rian,
Putra, Indra, Bhudi, dan Vidya sudah bersahabat sejak masih TK. Namun mereka
sempat berpisah dengan Rian karena Rian harus ikut ayahnya pindah ke luar kota
untuk urusan pekerjaan. Saat mereka semua sudah beranjak SMP, Rian kembali
untuk bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya itu. Sebelum kembali Rian sempat
menulis surat untuk Vidya.
“Rian, masih ingat aku kan? Aku
sangat rindu padamu, Indra, Putra, dan juga Bhudi. Minggu depan aku dan juga
keluargaku akan pulang untuk mengisi libur sekolah tahun ini. Aku sangat tidak
sabar untuk bertemu dengan kalian!”
Setelah menerima dan membaca surat
dari Rian, Vidya bergegas menemui Indra, Putra, dan juga Bhudi. Saat itu Indra,
Putra, dan Bhudi sedang berada di rumah pohon dekat pantai yang biasanya mereka
jadikan tempat untuk nongkrong bersama.
Vidya : “Hai semua! (sambil ngos-ngosan) Lihat, aku
menerima surta dari Rian! Katanya dia akan kembali minggu depan”.
Bhudi : “Hah? (kaget) Minggu depan?”
Vidya : “Iya, minggu depan”.
Putra : “Asik, akhirnya kita bisa kumpul
bareng-bareng lagi”.
Indra : “Apaan, sih? Rian? Ngapain sih kalian
antusias banget? Itu kan cuma Rian. Dia udah menghianati persahabatan kita. Dia
udah pergi ninggalin kita”.
Putra : “Loh, ndra. Kok kamu ngomong kayak gitu sih?
Rian kan juga temen kita. Kamu ini gimana sih?”
Bhudi : “Iya nih ndra. Rian itu loh sahabat kita”.
Indra : “Sahabat? Dulu! Apa orang yang udah
ninggalin kita itu pantas disebut sahabat?”
Vidya : “Indra, Rian itu loh pergi bukan karena
kemauannya sendiri. Dia pergi untuk ikut ayahnya pindah ke luar kota, dan itu
pun untuk urusan pekerjaan”.
Indra : “Alah, belain aja terus”. (lalu pergi)
Bhudi : “Ndra”. (menahan Indra pergi)
Dijalan, Indra memikirkan
perkataannya tadi. Ia tidak mengerti kenapa ia bisa berkata seperti itu tadi.
Padahal ia sangat senang saat tau bahwa Rian akan kembali.
Di rumah pohon, Vidya, Bhudi, dan
Putra memikirkan perkataan Indra tadi. Mereka juga memikirkan tentang bagaimana
Rian setelah sekian lama tidak bertemu.
Satu minggu kemudian, Rian kembali
dan menuju ke rumah pohon. Disana ia melihat Indra, Putra, Bhudi dan juga Vidya
sedang asyik bermain kartu. Ia bergesa berlari menuju kesana.
Rian : “Oy teman-teman!”
Vidya : “Rian!!!!!”
Putra : “Rian!!!!!”
Bhudi : “Rian!!!!!”
Indra : (bergegas pergi)
Rian : “Eh, Indra (melihat kea rah Indra). Kamu
mau kemana? Menyusul Indra”
Vidya : (mencegah Rian mengejar Indra)
Putra : “Udah lah, Ri. Jangan dikejar”.
Rian : “Tapi kenapa? Indra kenapa?”
Bhudi : “Dia gak apa-apa kok, Ri. Sini, mendingan
kamu duduk dulu disini. Biar kita ceritain semuanya”.
Kemudian Rian duduk bersama
teman-temannya. Lalu Bhudi, Putra dan Vidya saling melihat satu sama lain.
Mereka bingung harus bagaimana menjelaskan pada Rian. Akhirnya Vidya membuka
pembicaraan.
Vidya : “Jadi gini, Ri. Indra itu marah sama kamu”.
Rian : “Tapi kenapa?”
Putra : “Dia sempat bilang ke kita kalau kamu udah
ngehianatin persahabatan yang udah kita jaga selama ini”.
Rian : “Ngehianatin? Ngehianatin gimana?”
Bhudi : “Dia bilang, karena kamu udah pergi
ninggalin kita”.
Rian : “Tapi aku kan pergi juga bukan karena
keinginanku. Aku pergi karena ayahku ada urusan pekerjaan”.
Vidya : “Yah, gitu lah, Ri. Kita ngerti kok sama
kedaadaanmu. Tapi mungkin Indra belum bisa nerima hal ini”.
Rian : “Aku sedih banget ngeliat Indra kayak
gitu”.
Bhudi : “Udah lah, Ri. Jangan dipikirin”.
Putra : “Iya nih, Ri. Masak kamu baru dateng kita
udah sedih-sedih kayak gini. Mendingan kita jalan-jalan aja yuk!”
Akhirnya Rian, Bhudi, Putra dan
Vidya pergi jalan-jalan menyusuri pantai. Namun ada yang mengganjal di hati
Rian. Ia tidak ingin semuanya jadi seperti ini. Tapi Rian berusaha untuk tidak
memikirkan hal itu lagi dan berusaha untuk menikmati harinya bersama ketiga
sahabatnya itu. Di kejauhan, terlihat Indra sedang berada di rumah pohon sambil
melihat sahabat-sahabtnya itu bermain di pantai.
Indra : “Kenapa sih aku gak bisa menerina
kepergian Rian waktu itu? Kenapa aku harus bersikap seperti itu tadi? Akuu gak
ngerti apa yang aku rasain ini. Jangan-jangan…”.
Lamunan Indra terhenti karena
dikagetkan oleh rintik hujan yang datang
tiba-tiba. Kemudian ia bergegas pulang ke rumahnya. Saat Indra pergi
teman-teman yang lain berteduh ke rumah pohon. Ternyata indra meninggalkan saputangannya
disana.
Vidya : “Eh, kok ada sapu tangan disini?”
Bhudi : “Itu punya Indra. Pasti tadi dia sempat
kesini tadi”.
Putra : “Kita harus balikin ke Indra”.
Rian : “Sini saputangannya, biar aku yang
balikin ke Indra besok”.
Vidya : “Enggak. Bukan kamu yang bakal balikin.
Tapi kita.”
Putra : “Bener”.
Bhudi : “Kita”.
Saat hujan reda, mereka semua
kembali ke rumah masing-masing. Saputangan Indra dibawa pulang oleh Vidya.
Dirumah, Vidya terus melihat sapu tangan itu.
Vidya : “Ini saputangannya Indra. Tapi, kok ini
mirip banget sama saputangan yang Rian beli waktu itu yah? Oh iya, waktu itu
kan Rian beli sapu tangan ini buat hadiah ulang tahunnya Indra. Jadi sapu
tangan ini masih disimpen sama Indra? Tapi, ini kan udah lama banget”.
Keesokan harinya mereka berempat
berkumpul di rumah pohon.
Rian : “Udah semua? Ayo kita ke rumah Indra
sekarang!”
Kemudian mereka berangkat. Di jalan,
Vidya terus saja memikirkan lamunannya kemarin saat di rumah. Banyak pertanyaan
yang muncul di kepalanya. Saat sudah sampai di rumah Indra, Putra dan Bhudi
memanggil Indra. Dan Indra pun keluar.
Indra : “Ngapain kalian kesini?”
Vidya : “Kita kesini mau ngembaliin sapu tanganmu”.
Putra : “Iya, ndra. Kemarin ini tertinggal di
rumah pohon”.
Rian : “Ndra, aku kesini mau minta maaf. Karena
aku udah buat kamu gak nyaman sama sikapku yang udah ninggalin kalian lama
banget. Aku salah, soalnya aku gak pernah ngasi kabar ke kalian. Sekalinya
ngasi kabar, pas udah mau balik. Aku emang salah. Kamu pantes marah sama aku”.
Bhudi : “Kemarin kamu sempak ke rumah pohon lagi,
ya?”
Indra : “Bukan urusanmu! (mengambil sapu tangan
lalu melengos pergi)
Vidya : “Indra tunggu!”
Indra : “Kenapa lagi, Vid?”
Vidya : “Sapu tanganmu itu…”
Indra : “Kenapa sapu tanganku? (menggenggam erat
sapu tangannya, mukanya mulai pucat)”
Vidya : “Itu yang dikasih sama Rian pas ulang tahun
mu itu kan? Rian kamu inget gak? Kamu kan beli itu sama aku”.
Rian : “Inget, Vid. Ndra, kamu masih nyimpen
sapu tanagn itu? Itu kan udah lama banget”.
Bhudi : “Ndra, kamu …”
Putra : “Kamu ada perasaan sama rian ya?”
Vidya : “Makanya kamu marah pas Rian pergi. Kamu
juga masih nyimpen sapu tangannya. Kamu marah karena Rian enggak ngasih kabar
sama kita. Yak an, Ndra?”
Ada hening yang panjang saat itu.
Indra : “Iya, aku ada perasaan sama Rian. Aku
sengaja ngejauh dari Rian, sampai aku bisa ngontrol perasaanku ke dia. Tapi aku
udah mikir, kalo gak ada yang lebih baik dari persahabatan. Dan, sekarang aku
udah bisa. Aku pengin balik jadi Indra yang dulu. Aku pengin balik ke kalian
semua. Jadi, gimana?”
Rian : “Karena persahabatan lebih dari
segalanya” (sambil tersenyum kearah indra).
Semua kembali seperti sedia kala.
Indra menjadi Indra yang dulu. Dan, mereka berempat menghabiskan liburannya
besama-sama. Saat hari terakhir liburan, Rian memutuskan untuk kembali ke kota
bersama ayahnya. Sebelum pergi, ia berpamitan kepada keempat sahabatnya.
Rian : “Teman-teman, besok aku sudah harus
kembali ke kota bersama ayahku”.
Putra : “Yah, padahal baru saja rasanya kita
kumpul bareng lagi”.
Bhudi : “Sedih sih sebenarnya. Tapi mau gimana
lagi, Put. Rian juga haru kembali ke kota buat sekolah”.
Vidya : “Tapi kamu janji ya, Ri. Kamu harus
ngabarin kita”.
Indra : “Iya nih, Ri. Kamu jangan lupa sama kita
yaa!”
Rian : “Pasti lah ya”.
Keesokan harinya, Vidya, Bhudi,
Putra, dan Indra pergi ke rumah Rian untuk menyampaikan salam sampai jumpa pada
Rian.
Rian : “Yah, ini dia”.
Vidya : “Hati-hati dijalan ya, Ri. Jaga diri”.
Putra : “Kita bakal kangen kamu”.
Bhudi : “Salam buat ibu mu di kota ya”.
Indra : “Sampai bertemu liburan berikutnya ya,
Ri”.
Rian : “Pasti. Aku sudah ditunggu ayahku di
depan nih. Dahhhh teman-teman!!”
Akhirnya Rian kembali ke kota
bersama ayahnya. Dan semua benar-benar sudah kembali seperti semula. Semua
perjalanan pasti ada kisah, semua kisah pasti ada perjuangan, dan semua
perjuangan pasti ada kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar