Minggu, 01 Maret 2015

DRAMA

PERTEMUAN DAN PERPISAHAN
Rian, Putra, Indra, Bhudi, dan Vidya sudah bersahabat sejak masih TK. Namun mereka sempat berpisah dengan Rian karena Rian harus ikut ayahnya pindah ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Saat mereka semua sudah beranjak SMP, Rian kembali untuk bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya itu. Sebelum kembali Rian sempat menulis surat untuk Vidya.
“Rian, masih ingat aku kan? Aku sangat rindu padamu, Indra, Putra, dan juga Bhudi. Minggu depan aku dan juga keluargaku akan pulang untuk mengisi libur sekolah tahun ini. Aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengan kalian!”
            Setelah menerima dan membaca surat dari Rian, Vidya bergegas menemui Indra, Putra, dan juga Bhudi. Saat itu Indra, Putra, dan Bhudi sedang berada di rumah pohon dekat pantai yang biasanya mereka jadikan tempat untuk nongkrong bersama.
Vidya   : “Hai semua! (sambil ngos-ngosan) Lihat, aku menerima surta dari Rian! Katanya dia akan kembali minggu depan”.
Bhudi   : “Hah? (kaget) Minggu depan?”
Vidya   : “Iya, minggu depan”.
Putra    : “Asik, akhirnya kita bisa kumpul bareng-bareng lagi”.
Indra    : “Apaan, sih? Rian? Ngapain sih kalian antusias banget? Itu kan cuma Rian. Dia udah menghianati persahabatan kita. Dia udah pergi ninggalin kita”.
Putra    : “Loh, ndra. Kok kamu ngomong kayak gitu sih? Rian kan juga temen kita. Kamu ini gimana sih?”
Bhudi   : “Iya nih ndra. Rian itu loh sahabat kita”.
Indra    : “Sahabat? Dulu! Apa orang yang udah ninggalin kita itu pantas disebut sahabat?”
Vidya   : “Indra, Rian itu loh pergi bukan karena kemauannya sendiri. Dia pergi untuk ikut ayahnya pindah ke luar kota, dan itu pun untuk urusan pekerjaan”.
Indra    : “Alah, belain aja terus”. (lalu pergi)
Bhudi   : “Ndra”. (menahan  Indra pergi)
            Dijalan, Indra memikirkan perkataannya tadi. Ia tidak mengerti kenapa ia bisa berkata seperti itu tadi. Padahal ia sangat senang saat tau bahwa Rian akan kembali.
            Di rumah pohon, Vidya, Bhudi, dan Putra memikirkan perkataan Indra tadi. Mereka juga memikirkan tentang bagaimana Rian setelah sekian lama tidak bertemu.
            Satu minggu kemudian, Rian kembali dan menuju ke rumah pohon. Disana ia melihat Indra, Putra, Bhudi dan juga Vidya sedang asyik bermain kartu. Ia bergesa berlari menuju kesana.
Rian     : “Oy teman-teman!”
Vidya   : “Rian!!!!!”
Putra    : “Rian!!!!!”
Bhudi   : “Rian!!!!!”
Indra    : (bergegas pergi)
Rian     : “Eh, Indra (melihat kea rah Indra). Kamu mau kemana? Menyusul Indra”
Vidya   : (mencegah Rian mengejar Indra)
Putra    : “Udah lah, Ri. Jangan dikejar”.
Rian     : “Tapi kenapa? Indra kenapa?”
Bhudi   : “Dia gak apa-apa kok, Ri. Sini, mendingan kamu duduk dulu disini. Biar kita ceritain semuanya”.
            Kemudian Rian duduk bersama teman-temannya. Lalu Bhudi, Putra dan Vidya saling melihat satu sama lain. Mereka bingung harus bagaimana menjelaskan pada Rian. Akhirnya Vidya membuka pembicaraan.
Vidya   : “Jadi gini, Ri. Indra itu marah sama kamu”.
Rian     : “Tapi kenapa?”
Putra    : “Dia sempat bilang ke kita kalau kamu udah ngehianatin persahabatan yang udah kita jaga selama ini”.
Rian     : “Ngehianatin? Ngehianatin gimana?”
Bhudi   : “Dia bilang, karena kamu udah pergi ninggalin kita”.
Rian     : “Tapi aku kan pergi juga bukan karena keinginanku. Aku pergi karena ayahku ada urusan pekerjaan”.
Vidya   : “Yah, gitu lah, Ri. Kita ngerti kok sama kedaadaanmu. Tapi mungkin Indra belum bisa nerima hal ini”.
Rian     : “Aku sedih banget ngeliat Indra kayak gitu”.
Bhudi   : “Udah lah, Ri. Jangan dipikirin”.
Putra    : “Iya nih, Ri. Masak kamu baru dateng kita udah sedih-sedih kayak gini. Mendingan kita jalan-jalan aja yuk!”
            Akhirnya Rian, Bhudi, Putra dan Vidya pergi jalan-jalan menyusuri pantai. Namun ada yang mengganjal di hati Rian. Ia tidak ingin semuanya jadi seperti ini. Tapi Rian berusaha untuk tidak memikirkan hal itu lagi dan berusaha untuk menikmati harinya bersama ketiga sahabatnya itu. Di kejauhan, terlihat Indra sedang berada di rumah pohon sambil melihat sahabat-sahabtnya itu bermain di pantai.
Indra    : “Kenapa sih aku gak bisa menerina kepergian Rian waktu itu? Kenapa aku harus bersikap seperti itu tadi? Akuu gak ngerti apa yang aku rasain ini. Jangan-jangan…”.
            Lamunan Indra terhenti karena dikagetkan  oleh rintik hujan yang datang tiba-tiba. Kemudian ia bergegas pulang ke rumahnya. Saat Indra pergi teman-teman yang lain berteduh ke rumah pohon. Ternyata indra meninggalkan saputangannya disana.
Vidya   : “Eh, kok ada sapu tangan disini?”
Bhudi   : “Itu punya Indra. Pasti tadi dia sempat kesini tadi”.
Putra    : “Kita harus balikin ke Indra”.
Rian     : “Sini saputangannya, biar aku yang balikin ke Indra besok”.
Vidya   : “Enggak. Bukan kamu yang bakal balikin. Tapi kita.”
Putra    : “Bener”.
Bhudi   : “Kita”.
            Saat hujan reda, mereka semua kembali ke rumah masing-masing. Saputangan Indra dibawa pulang oleh Vidya. Dirumah, Vidya terus melihat sapu tangan itu.
Vidya   : “Ini saputangannya Indra. Tapi, kok ini mirip banget sama saputangan yang Rian beli waktu itu yah? Oh iya, waktu itu kan Rian beli sapu tangan ini buat hadiah ulang tahunnya Indra. Jadi sapu tangan ini masih disimpen sama Indra? Tapi, ini kan udah lama banget”.
            Keesokan harinya mereka berempat berkumpul di rumah pohon.
Rian     : “Udah semua? Ayo kita ke rumah Indra sekarang!”
            Kemudian mereka berangkat. Di jalan, Vidya terus saja memikirkan lamunannya kemarin saat di rumah. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Saat sudah sampai di rumah Indra, Putra dan Bhudi memanggil Indra. Dan Indra pun keluar.
Indra    : “Ngapain kalian kesini?”
Vidya   : “Kita kesini mau ngembaliin sapu tanganmu”.
Putra    : “Iya, ndra. Kemarin ini tertinggal di rumah pohon”.
Rian     : “Ndra, aku kesini mau minta maaf. Karena aku udah buat kamu gak nyaman sama sikapku yang udah ninggalin kalian lama banget. Aku salah, soalnya aku gak pernah ngasi kabar ke kalian. Sekalinya ngasi kabar, pas udah mau balik. Aku emang salah. Kamu pantes marah sama aku”.
Bhudi   : “Kemarin kamu sempak ke rumah pohon lagi, ya?”
Indra    : “Bukan urusanmu! (mengambil sapu tangan lalu melengos pergi)
Vidya   : “Indra tunggu!”
Indra    : “Kenapa lagi, Vid?”
Vidya   : “Sapu tanganmu itu…”
Indra    : “Kenapa sapu tanganku? (menggenggam erat sapu tangannya, mukanya mulai pucat)”
Vidya   : “Itu yang dikasih sama Rian pas ulang tahun mu itu kan? Rian kamu inget gak? Kamu kan beli itu sama aku”.
Rian     : “Inget, Vid. Ndra, kamu masih nyimpen sapu tanagn itu? Itu kan udah lama banget”.
Bhudi   : “Ndra, kamu …”
Putra    : “Kamu ada perasaan sama rian ya?”
Vidya   : “Makanya kamu marah pas Rian pergi. Kamu juga masih nyimpen sapu tangannya. Kamu marah karena Rian enggak ngasih kabar sama kita. Yak an, Ndra?”
            Ada hening yang panjang saat itu.
Indra    : “Iya, aku ada perasaan sama Rian. Aku sengaja ngejauh dari Rian, sampai aku bisa ngontrol perasaanku ke dia. Tapi aku udah mikir, kalo gak ada yang lebih baik dari persahabatan. Dan, sekarang aku udah bisa. Aku pengin balik jadi Indra yang dulu. Aku pengin balik ke kalian semua. Jadi, gimana?”
Rian     : “Karena persahabatan lebih dari segalanya” (sambil tersenyum kearah indra).
            Semua kembali seperti sedia kala. Indra menjadi Indra yang dulu. Dan, mereka berempat menghabiskan liburannya besama-sama. Saat hari terakhir liburan, Rian memutuskan untuk kembali ke kota bersama ayahnya. Sebelum pergi, ia berpamitan kepada keempat sahabatnya.
Rian     : “Teman-teman, besok aku sudah harus kembali ke kota bersama ayahku”.
Putra    : “Yah, padahal baru saja rasanya kita kumpul bareng lagi”.
Bhudi   : “Sedih sih sebenarnya. Tapi mau gimana lagi, Put. Rian juga haru kembali ke kota buat sekolah”.
Vidya   : “Tapi kamu janji ya, Ri. Kamu harus ngabarin kita”.
Indra    : “Iya nih, Ri. Kamu jangan lupa sama kita yaa!”
Rian     : “Pasti lah ya”.
            Keesokan harinya, Vidya, Bhudi, Putra, dan Indra pergi ke rumah Rian untuk menyampaikan salam sampai jumpa pada Rian.
Rian     : “Yah, ini dia”.
Vidya   : “Hati-hati dijalan ya, Ri. Jaga diri”.
Putra    : “Kita bakal kangen kamu”.
Bhudi   : “Salam buat ibu mu di kota ya”.
Indra    : “Sampai bertemu liburan berikutnya ya, Ri”.
Rian     : “Pasti. Aku sudah ditunggu ayahku di depan nih. Dahhhh teman-teman!!”
            Akhirnya Rian kembali ke kota bersama ayahnya. Dan semua benar-benar sudah kembali seperti semula. Semua perjalanan pasti ada kisah, semua kisah pasti ada perjuangan, dan semua perjuangan pasti ada kebahagiaan.